PEMBUATAN TINTA SPIDOL HIGIENIS DARI PURUN TIKUS
Oleh:
RAHMAT HIDAYAT
NIM E1D312056
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah bahasa Indonesia dengan judul “Pembuatan Tinta Spidol Higienis dari Purun Tikus” ini di susun dalam rangka memenuhi tugas makalah mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Agribisnis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Banjarbaru, 9 januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................….. 1
..... Latar Belakang ...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................……. 3
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................……….. 13
..... Kesimpulan .................................................................................................... 13
..... Saran ..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan Eleocharis dulcis atau rumput teki, yang dalam bahasa Banjar disebut sebagai purun tikus termasuk famili Cyperaceae (teki). Purun tikus merupakan tumbuhan liar yang banyak ditemukan di lahan pasang surut, terutama di daerah-daerah masam pada saluran – saluran irigasi dan lahan tidur. Pemanfaatan purun tikus saat ini banyak digunakan sebagai bahan kerajinan tangan seperti topi, tikar, kipas dan lain-lain. Purun tikus yang sebenarnya di lokasi gambut lain seperti di Banjar (Kalimantan Selatan) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tikar (tikar purun), yang mungkin akan lebih bermanfaat bila digunakan untuk bahan baku tikar karena dapat mendatangkan penghasilan, tetapi pada beberapa daerah purun hanya dibiarkan saja tanpa ada pemanfaatan. Sehingga untuk pemanfaatan purun lainnya bisa digunakan sebagai bahan pembuat tinta.
Propinsi Kalimantan Selatan memiliki bahan baku tumbuhan purun tikus yang cukup melimpah. Data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal (Disperindag dan PM) Barito Kuala pada tahun 2006 persebaran jenis tumbuhan purun mencapai ± 713 Ha, meliputi purun danau ±641 Ha dan purun tikus ± 72 Ha (Rahadi, 2007).
BAB II
ISI
Kegiatan produksi tinta spidol whiteboard di tanah air mulai popular dipakai awal dekade 90-an. Saat ini sebagian besar sekolah dan lembaga pendidikan di Indonesia sudah memakainya. Jenis whiteboard:
1. Melamine, yaitu papan whiteboard yang terbuat dari resin melamine yang dilapiskan pada suatu permukaan papan dan biasanya papan jenis kayu lapis (plywood). Ini yang banyak digunakan di sekolah – sekolah di Indonesia.
2. Paper laminate board, terbuat dari kertas jenis duplex atau evory warna putih dilapisi plastik laminasi, biasanya dicetak dengan desain bagus untuk papan rencana kerja.
3. Papan magnetik, jenis papan whiteboard melamin yang dilapisi logam didalamnya sehingga magnet dapat menempel.
4. Porselen, enamel on steel, permukaan terbuat dari keramik yang dilapiskan di papan baja. Tulisan sangat mudah dihapus, bahkan jenis spidol permanen pun dapat dihapus.
Spidol yang dalam bahasa Inggris maker pen/felt-tip pen adalah jenis pena yang mata penanya terbuat dari fiber yang dipadatkan dengan resin tertentu sehingga berfungsi untuk mengalirkan tinta dari fiter penyimpan tinta ke permukaan objek yang dikehendaki (ditulis). Spidol ada dua jenis yaitu:
1. Permanen, jenis spidol yang hasil tulisannya tidak dapat dihapus.
2. Non permanent disebut spidol whiteboard, diluar negeri sering disebut dry eraser marker yaitu jenis spidol yang menggunakan tinta yang mudah dihapus, tulisan mudah dihapus pada suatu objek non-porous (tidak berpori-pori) seperti papan whiteboard, plastik mudah dihapus.
(Sugianto, 2010).
Spidol whiteboard menurut jenis pelarut tintanya dibedakan atas :
- Solventbase non-alcohol, pelarut tintanya dari jenis tiner yang non alcohol.
· Keunggulan : warna tulisan cemerlang dan pekat. Jenis ini di Indonesia sangat populer mungkin lebih 80% memakai jenis ini.
· Kekurangan : jenis tintanya beraroma menyengat dan mengandung jenis tiner xylene dan toluene.
- Alcoholbase, pelarut tintanya dari jenis alcohol
· Keunggulan : Aroma rendah tidak menyengat seperti aroma spiritus. Biasanya tidak mengandung tiner xylene dan toluene.
· Kekurangan : Sebagian besar merk yang beredar warna tulisan kurang tajam, ada beberapa merk cukup tajam tulisannya. Di Indonesia saat ini kurang populer penggunaannya walaupun sudah banyak merk yang beredar.
- Waterbase, pelarutnya dari air.
· Keunggulan : Aroma rendah dan sangat aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.
·Kekurangan : kurang praktis penggunaannya, di China dan Jepang ada dua jenis yaitu washable kalau tulisan sudah kering susah dihapus dan harus memakai bantuan air untuk menghapusnya dan jenis dry erasable (dapat dihapus tanpa bantuan air), jenis ini tintanya tidak stabil sehingga harus memakai jenis spidol yang memakai katup dan ruang penyimpan tintanya ada bola-bola baja (gotri) untuk mengocoknya saat akan digunakan menulis, seperti jenis spidol metallic.
(Sugianto, 2010).
Purun tikus (Eleocharis dulcis) merupakan gulma yang tumbuh dan berkembang di lahan rawa pasang surut yang berlumpur. Tanaman ini termasuk dalam family Cyperaceae atau golongan teki. Batangnya silindris dan berdiameter 2-3 mm, tinggi dapat mencapai 150 cm, tidak bercabang, tidak berdaun dan berwarna hijau sehingga fotosintesa dilakukan melalui batang. Bunga terletak pada bagian ujung batang. Eleocharis dulcis berakar rimpang di mana pada saat rimpang berumur 6-8 minggu akan membentuk anakan. Pembentukan bunga terjadi setelah anakan muncul di atas permukaan air yang tingginya kurang lebih 15 cm. Setelah berbunga tumbuhan ini akan membentuk rimpang baru pada bagian ujung stolon yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm. Setelah berumur 7-8 bulan rimpang tidak produktif lagi sehingga batang mulai mengering dan Perlahan
-lahan akan mati (Indrayati, 2011).
Purun tikus (Eleocharis dulcis) merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai pada lahan rawa. Biasanya tumbuhan ini tumbuh subur pada lahan rawa sulfat masam, karena kemampuannya menyerap besi dalam jumlah besar. Menyebutkan purun tikus berkembang pada lahan gambut yang tergenang air (Noor, 2001).
Purun tikus adalah salah satu tumbuhan liar yang banyak terdapat di lahan rawa pasang surut sulfat masam. Tumbuhan sejenis rumput ini mempunyai rimpang pendek dengan stolon memanjang berujung bulat gepeng, berwarna kecoklatan sampai hitam. Batang tegak, tidak bercabang, berwarna keabuan hingga hijau mengilap dengan panjang 50-200 cm dan tebal 2-8 mm. Purun tikus berfungsi sebagai tanaman perangkap penggerek batang padi putih, purun tikus juga dapat digunakan sebagai pupuk organik, biofilter, dan penyerap unsur beracun. Hama penggerek batang padi putih lebih menyukai meletakkan telur pada purun tikus dibanding pada padi dan ekstraknya berpotensi sebagai bahan atraktan. Dengan demikian, purun tikus dapat dikategorikan sebagai tanaman perangkap karena dapat mengurangi tingkat kerusakan padi yang disebabkan oleh penggerek batang putih. Tingkat kerusakan tanaman padi akibat penggerek batang pada daerah yang populasi purun tikusnya tinggi hanya berkisar 0,0−0,1%, dan meningkat pada daerah yang populasi purun tikusnya lebih rendah. Purun tikus juga merupakan tempat berlindung bagi serangga musuh alami (Asikin, 2011).
Propinsi Kalimantan Selatan memiliki bahan baku tumbuhan purun tikus yang cukup melimpah. Data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal (Disperindag dan PM) Barito Kuala pada tahun 2006 persebaran jenis tumbuhan purun mencapai ± 713 Ha, meliputi purun danau ±641 Ha dan purun tikus ± 72 Ha (Rahadi, 2007).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat dari contoh usaha produk kimia pertanian ini adalah sebagai berikut :
1. Semua tanaman jika di teliti, yang awalnya bersifat gulma bisa menjadi bahan (produk) yang bermanfaat dan bernilai jual.
2. Identiikasi karakteristik suatu tumbuhan sangat diperlukan.
3. Kita harus selalu befikir ekonomis dari semua yang ada di alam, dan menemukan sisi positifnya.
4. Dapat memberikan alternatif dari pemanfaatan semua yang ada di alam sebagai pembelajaran bagi semua kalangan untuk memanfaatkan lebih optimal sehingga memiliki nilai komersial yang tinggi.
Saran
Dalam hal ini perilaku krtis dalam konserfatif alam sangat perlu dikembangkan tidak hanya oleh yang melakukan studi tapi oleh seluruh masyarakat, juga perlunya dikembangkan sifat wirausahawan yang tinggi, agar masyarakat mempunyai sifat produktif. Hingga mampu meningkatkan taraf hidup dan menjadi petani modern / wirausahawan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 2011, Pemanfaatan Purun Tikus (Eleocharis Dulcis) Ebagai Biofilter Pada Saluran Inlet Untuk Perbaikan Kualitas Air Masuk Di Lahan Sulfat Masam Potensial, BALITRA, Banjarbaru.
Asikin, S. dan M. Thamrin. 2011. Penggerek batang padi putih dan pengendaliannya di lahan pasang surut, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Indrayati, L. 2011. Purun tikus berpotensi perbaiki kualitas air di rawa pasang surut. Dalam Inovasi Sumber Daya Lahan Dukung Swasembada Pangan. Sinar Tani No. 3400 Tahun XLI, Edisi 6−12 April 2011
Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sugianto. 2010. Refill boardmarker ink. http://white-boardmarker-ink.html